Jiwa nan terantuk batu
Lalu berdarah pelipisnya
Ia membuka mata
Dan ia saksikan pohon menjulang
Dilepaskan kedua alas kaki
Lalu dipanjatlah pohon itu
Dan ia mendengar suara merdu
Dari nyanyian daun yang gugur
Sesaat kerut dahi
Lalu dijejakkan lagi dua kaki
Agar tercerabut dari tidur
Agarr terkesiap adari halusinasi
Sejatinya putaran hari
Bagai ibu menjentikkan jari
Supaya nadi tiada lelah berdenyut
Sebab aliran darah banyak dirangkumkan
Jangan satu hina diangkat ke angkasa
Menampakkan kerdil di mata naif
Memporak porandakkan buaian masa kecil
Meremukkan dongeng masa tua
Dan sebongkah ingin merajut raga
Mencambuki bulir nan menetes
Tapi pantang kedip mata sayu
Sebab semua ada di ujung sore
Maka ketika puncak pohon terenggut
Satu persatu buah ku rengkuh
Dan kubagikan pada pemapah tubuh
Karena tanpa alas tak mampu berdiri
Dan ini semua berkat mereka dan saya
S.KURN-26/08/08
Posting Komentar