suryadi kurniawan
Aku berlalu dan ia tahu
Ia mendekapku dan aku tahu
Aku tergopoh dan ia tahu
Ia kesepian dan aku tahu

Berarak menjauh dan menjauh
Sementara baru saja ia disini
Di dalam khayalan dan kenyataan
Dan kebersamaan pernah diwujudkan

Dan waktu memang bergegas
Selayaknya yang terhenti akan tertinggal
Aku mengerti dan ia juga tahu
Maka kita sama menjalani

Selalu ada harapan untuk jiwa hidup
Sebab meratap berarti terhenti
Dan saat itu ada dua jiwa mati
Laksana lunglai daun gugur

Semoga kita berjaya
Dan kita pasti berjaya
Karena waktu telah jua bergegas
Dan kita bukan orang orang yang terhenti

Aku berlalu dan ia tahu
Ia tegar dan aku bertahan

Demi sebuah taman yang indah

S.KURN (10-04-09)
suryadi kurniawan

Aku merogohnya cukup dalam

Jauh di dalam lubuk

Sesuatu yang semakin lama semakin berat

Hingga hampir tak sanggup kuangkat


Jauh lama kusimpan

Entah kapan akan terluapkan

Seiring musim yang terus berubah

Mendekam lama ia disana


Di satu waktu kulihat yang serupa

Tapi itu bukan dia yang kukenal

Serupa tapi bukan dia

Karena ia tercipta bukan atas ciptaku


Dalam wujud yang lain itu

Kulihat ia begitu besar dan kuat

Menyala merah terang menyilaukan

Jauh lebih menyilaukan dari yang kukenal


Dalam wujud yang lain lagi

Kulihat ia begitu kecil dan santun

Bersinar putih menyejukkan hati

Jauh tiada banding dengan yang kukenal


Dan setiap pagi kudengar bisik angin

Mengharap aku menyimpannya rapat

Menghasut aku menimbunnya dalam

Agar ia selamanya tetap berada dalam kesunyian


“Karena ia lebih baik berada dalam kesunyian”

Dan bisikan itu terus terngiang

Sampai embun telah menghilang dari rerumputan

Hingga mata nan lelah kemudian terpejam

Dan bisikan itu terus terulang…


S.KURN (05-08-08)

suryadi kurniawan

Maka ketika semua memudar

Aku baru sadar bahwa senja telah datang

Dan merangkul malam bagai teman

Hingga kemudian salah satunya menjadi raja


Sedang dalam simpuh ini

Aku masih menjadi batu

Yang tak lekang diterjang deru

Namun tergerus air yang bergulir


Sejuta nasehat telah kudengar

Mudah sangat semua diterjemahkan

Sebagaimana ke lautan akhir air dari hulu


Namun tak satu pun mampu kutulis

Mungkin tanganku terlalu letih

Atau mataku belum mengerti


Aku sungguh tak butuh cambuk

Jadi cambuklah mereka saja

Karena aku ini cuma sehelai daun

Jadi perlakukan aku sedemikian


Dan jangan lupa kadang kala

Ada ranting menyanding diriku

Sebagai sesuatu yang kokoh tegap

Menolak yang tak sekuat bentuk


Satu hal yang aku ingin

Seperti ingin pagi menjumpa matahari

Pahami ini dengan hati

Seperti memahami pentingnya desiran angin

Biarkan daun itu berkembang

Dan ranting itu tetap sekeras batu


S.KURN-15/08/08
suryadi kurniawan

Jiwa nan terantuk batu

Lalu berdarah pelipisnya

Ia membuka mata

Dan ia saksikan pohon menjulang


Dilepaskan kedua alas kaki

Lalu dipanjatlah pohon itu

Dan ia mendengar suara merdu

Dari nyanyian daun yang gugur


Sesaat kerut dahi

Lalu dijejakkan lagi dua kaki

Agar tercerabut dari tidur

Agarr terkesiap adari halusinasi


Sejatinya putaran hari

Bagai ibu menjentikkan jari

Supaya nadi tiada lelah berdenyut

Sebab aliran darah banyak dirangkumkan


Jangan satu hina diangkat ke angkasa

Menampakkan kerdil di mata naif

Memporak porandakkan buaian masa kecil

Meremukkan dongeng masa tua


Dan sebongkah ingin merajut raga

Mencambuki bulir nan menetes

Tapi pantang kedip mata sayu

Sebab semua ada di ujung sore


Maka ketika puncak pohon terenggut

Satu persatu buah ku rengkuh

Dan kubagikan pada pemapah tubuh

Karena tanpa alas tak mampu berdiri

Dan ini semua berkat mereka dan saya


S.KURN-26/08/08