suryadi kurniawan

Wahai angin…

Yang datang lalu pergi

Meninggalkan satu jejak

Namun sulit ditelusuri


Saat datang di pagi buta

Matahari belum juga nampak

Namun kehadirannya sangat nyata

Dan bukan mimpi yang diharap


Berlalu di pagi hari

Mengagetkan sekeliling buaian

Padahal kulit yang terbuka masih meresapi

Mengartikan harum dan gemulainya


Aku sering bertanya

Dan pertanyaan itu kuulangi beribu kali


Aku mulai bernyanyi

Dan nyanyi anku dengan sepenuh hati


Menoleh ke kanan kiriku

Mencari di belakang bayangan

Dan tetap heran


Mengapa ia tak lagi berwujud

Mengapa ia tak lagi terdengar


Padahal rindu ini begitu sangat

Yang kuwujudkan surat indah

Dan kutitipkan pada merpati


Namun semua merpati mati

Dalam perjalanannya mencari semilir

Dan pesanku tak tersampaikan

Hingga aku merenungi

Dan lalu membiarkannya tak kembali


(S KURN-05/08/08)


suryadi kurniawan
Angin yang datang lalu pergi
Sesaat singgah di wajah
Lalu menyelinap ke langit
Yang tinggi sangat

Susah ku mencari
Sebab saat tiada berhembus
Saat itu jantung tak bertdetak
Seakan layu

Padahal seisi bumi melimpah
Dan pada angin itu aku teringat
Lembut, sejuk dan menentramkan hati
Ketika hembusannya menusuk keras di dadaku

Dalam gelap dan gemilang
Aku mendapati dia ada
Membawa dedaunan beterbangan
Hingga di kaki lembah ia lalu musnah

Maka seketika itu jua
Hujan turun deras sangat
Sampai tercium bau tanah
Sesaat setelah kemarau panjang

Dan airnya pun meresap ke dalam tanah
Tetap disana dan tak akan hilang
Tak akan hilang…

(S KURN-11/08/08)
suryadi kurniawan
Aku disini didekap malam
Dan selimut itu pekat

Aku disini dirantai sepi
Dan ikatan itu kuat

Kuingin mencari karena ia jauh
Sesosok yang dulu ada
Dalam langkah yang menghilang

Ia yang membanggakanku
Sehingga tak rela mata terkatup
Dan ingin selamanya saja terus berdiri
Tegap dan tegar tak menoleh lagi

Kemana dia?
Aku tersedak mimpi malam
Dan berharap muram terdera
Seperti kala ia ada

Tak mungkin terus begini
Sejauh apapun ia berlari
Dan aku tak hanya menunggu
Tak berhenti dalam melaju

Bilakah datang
Jiwanya yang padanya kuserahkan
Semua kekuatan untuknya
Seperti yang dulu ada

Tapi satu yang kuingat pasti
Yakni kelak wujud dari janji
Yang terungkapkan sepanjang nafas
Bahwa ia akan kembali
Dan menggandeng tanganku bersama

(S. KURN-06/11/08)
suryadi kurniawan
Aku bertanya di ramainya bintang
Jauh sangat suara itu ada
Jauh sangat aku datang memungutnya
Dan aku mulai mengeja
Membaca dengan terbata
Sebab dingin membuat kaku
Lidah tak mampu bergerak
Dan jejak kaki hanya seujung sepatu

Lalu di kiri ada angin berhembus
Tak kujumpai di kananku
Membuat pola melingkar tubuh
Seakan seutas yang mencengkeram
Namun mampu kuretas
Dan lalu kusingkirkan

Segera mampir seekor merpati
Kuingat apa yang ia katakan
Lalu segera ingin aku lakukan
Namun jalanan terlalu ramai
Hingga sebagian nafasku terpinggirkan
Maka sayap yang memanggil
Walaupun nyata sangat jauh berada
Suara sekejap aku pun membuka mata

Ada dingin di wajah
Sebagai helai nan jatuh luruh
Sementara mentari belum kunjung terbit
Menanti dalam simpuh yang merapat
Aku terhujam dalam menunduk
Yang ingin segera ku dongakkan
Setegap tatpan mendongak

Dan bongkahan itu coba kusingkirkan
Menghalangi jalan
Menutupi pandangan

Karena saat ini pagi sangat dingin
Aku berselimut kulitku
Aku mendekap gemetarku

(S KURN-15/07/08)
suryadi kurniawan

Kepada dia yang merangkul sepi di malam hari

Yang mengusap peluh di siang hari

Aku belajar segala sesuatu


Saat jejak langkah tergerak

Aku amati satu per satu

Dan coba berpikir maksudnya


Tak sengaja kudengar dia

Aku nelangsa dan sedih

Karena aku terdiam saja


Lalu coba kuikuti jarinya

Berlari cepat kearah itu

Dan ia pun tersenyum


Ituah saat bumi kuhadiahkan

Lalu ia menyentuh dan merubahnya

Menjadi sesuatu yang tak lekang waktu


Ia menyentuh dan merubahnya

Dari satu nampak jadi satu tak berwujud

Tapi akan terus ada di sana


Aku tahu semua itu ada di dalamnya

Dia tak tahu semua ini ada di sini

Di dalam sembunyi ini


Aku katakan padanya indah dunia

Dan kulihat dia mengangguk

Dan bercerita bersemangat


Lalu aku berjanji

Tak akan ada satu hari

Aku bercerita sesak hati

Agar ia bisa berdiri

Karena kulihat dia masih bersimpuh


(S.KURN-19/08/08)

suryadi kurniawan

Ranum yang harus tertanggalkan

Diantara sesama musim yang sama dingin

Dia menghangatkan ruang


Terkejutlah mereka yang tenang

Dan berpikir dengan keras

Kenapa rintik hujan membuat basah

Padahal di genggaman saja bunga itu


Percayakan padanya..!

Maka matahari akan tetap terbit esok

Walau bulan telah melucutinya semalaman

Dan tetap berjenjang kaki


Maka sesaat dingin datang

Lalu semua tegukkan dicampakkan

Hingga tak terkecap lidah

Menelusuri tenggorokan


Dan memang sekilas disesalkan

Sekejap kilat sekeras guntur terdengar

Karena memang begitu adanya


Ia tetap mekar

Padahal beberapa rantingnya patah

Akibat pijakan yang salah bimbingan


Seharusnya sedari dini ia bersolek

Agar indah tetap di siang terik

Dan biar keluguan meliputi semilir angin

Yang menghiasi rona di pipinya


Karena pasti pada suatu ketika

Ia akan berkuasa

Dan menabur benih yang perkasa

Untuk alam raya yang memandang padanya…


(S.KURN-5/4/08)


suryadi kurniawan
Seandainya ada yang ingin terwujud
Ialah menenggelamkan matahari
Ke dasar bumi

Demi kebanggan diri
Demi kemuliaan hati

Aku membuka mata untuk menghardiknya
Diawal kemunculannya
Hingga waktu matinya

Jika kalian memijak bayanganku
Kalian pasti tahu

Aku memagari mimpi dengan kenyataan
Namun kenyataan meruntuhkannya
Mencabik mimpi dan menodai nadi

Seandainya ada yang ingin ku rajam
Ialah tubuh pongahnya yang kejam
Hingga bersimbah

Demi kesenangan batin
Demi kemarahan batin

Aku melafalkan namanya untuk mencela
Di sisi buruknya nyata
Pun selamanya

Jika kalian menyelam pikirku
Kalian pasti mengerti

Aku mendandani raut wajah agar sempurna
Namun ia mencabik cabik
Menampakkan sisi tak elok hidup

Maka dengan sekuat tenaga aku membenci
Wujud, terik, dan perputarannya
Hingga ia binasa

(S.KURN-16/09/08)